1

Sabtu, 02 Januari 2016

Sepenggal Kata Dariku untuk PMII


Oleh: Sigit Rilo Pambudi, si pengembara

Sekarang aku melihat PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) bagaikan sumber mata air di padang pasir, Oase teapatnya, atau cahaya yang berada pada kegelapan. Warna-warni, bisa liat bocah-bocah lucu ada calon pemikir muda yang lucu,
ada calon jurnalis lucu, ada Capres gila atau gendeng dan banyak yang lebih, gila dan macem-macem. Semua itu yang membuat aku belajar bahagia, semua itu yang membuatku bisa tersenyum. Berbeda saat aku berada di kampus, semuanya disibukkan dengan kuliah dan aturan-aturan kampus. Kesel yang aku rasakan. Inilah PMII. Aku suka dan aku bahagia di sini.

Pertama di PMII itu bingung, aku ada dalam suatu yang itu bukan duniaku, yang aku itu bukan aku. Jiwaku masih terkubur sedemikian rupa oleh waktu yang membuatku asing akan PMII. Aku orang yang di investasikan dari kampung ke kampus untuk kemudian bisa menjadi orang yang pintar, bisa bekerja sekeras-kerasnya dan menjadi orang yang penuh nafsu akan kesuksesan, sehingga aku tidak diberi ruang sedikit pun untuk bermalas-malasan,untuk berdamai degan diriku sendiri dan untuk ingat akan siapa sebenarnya diriku.

Sekarang, aku menyadari bahwa tenyata itulah yang membuat diriku tidak tahu siapa sejatinya diriku, aku lupa dengan aku. Semuanya tak bernilai dan tak bermakna. Tapi pada akhirnya, ya di sinilah di PMII Aku diterima, aku mulai berkenalan, aku mulai belajar banyak hal di sini. Aku dapatkan apa itu kemandirian, bagaimana saya bergerak untuk selalu mengetahui diriku sendiri, yang sejatinya selalu baru dan baru. Bagaimana diriku ini bertarung dengan keadaan yang semuanya berlomba-lomba untuk menyeragamkan kehidupan. Elang kemudian disamakan dengan kambing, ikan, ular, danhewan–hewan yang lain.

Tidak bisa aku pungkiri bahwa ternyata PMII yang membantu menemukan kembali, membangkitkan kembali jiwaku yang sudah lama terkubur. Sebagaimana aku bisa menjadi elang. Ya elang! Elang yang bukan kambing, yang bukan juga ikan, yang bukan juga ular dan bukan juga hewan–hewan yang lain yang mempunyai kemampuannya masing-masing. Aku adalah elang yang bisa terbang bebas dan mengamati segala sesuatu yang terjadi.

Aku ingin berterima kasih kepada PMII karena telah menjadi sahabat dan menjadi sebuah cangkang yang keras sehingga aku kehilangan gigi untuk mencoba menggigitnya. Karena itulah aku bisa merasakan kelembutan kasih dan cinta Tuhan yang maha Esa, kebahagiaan sejati di mana hidup tidak ada hitam dan putih tidak ada benar dan salah semuanya adalah paradoks. Orang yang tidak memahami lekukan–lekukan cahaya dan sebagaimana seperti batu dan kayu maka tidak akan pernah bisa merasakan kebahagiaan cinta dan kasih sayang itu. Engkaulah yang telah mengembalikanku pada cinta dan kasih sayang yang aku puja sebagai sesuatu yang ada pada diriku.

Terakhir kata, terima kasih sekali lagi aku ucapkan kepada seluruh sahabat-sahabati karena kalianlah yang sebenarnya aku pelajari dan beruntung kalian yang telah menjadi mutiara di dalam lapisan cangkang yang kuat yaitu PMII. Semoga kalian menjadi orang yang tidak berjarak sejengkalpun dengan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar